Press "Enter" to skip to content

Kapolsek X Koto Dibawah Kunjungi Balita Penderita Sindrom Apert

Pada hari Sabtu,(8/12) Kapolsek X Koto Dibawah Iptu Ahmad Ramadhan bersama Ketua Ranting Bhayangkari Polsek Singkarak  menyambangi rumah balita penderita apert syndrome, Nagita Puspita, di Jorong Tembok, Nagari Kacang, Kecamatan X Koto Singkarak. Kunjungan Kapolsek berserta Bhayangkari dan sejumlah personel Polsek Singkarak tersebut, ditujukan untuk menguatkan mental keluarga penderita dan meringankan beban biaya pengobatan.

Kedatangan rombongan personel Polsek Singkarak dan Bhayangkari disambut kedua orang tua Nagita dengan penuh haru. Keduanya, tidak menyangka perhatian dan simpati terhadap derita mereka datang dari pihak kepolisian.

“Kami sangat berterima kasih terhadap bantuan dari polisi. Kami sangat terkesan dan terharu dengan kepedulian dan simpati dari polisi terhadap penyakit yang diderita anak kami. Sekali lagi, kami sangat berterima kasih,” ujar Mulyadi diamini Gusri Susanti.

Nagita Puspita yang baru berusia dua bulan menderita kelain genetik yang secara medis disebut sindrom apert. Yakni kelainan genetika yang secara medis disebut sindrom apert. Yakni kelainan genetika yang menyebabkan bentuk wajah dan kepala tidak normal. Serta jari tangan dan jari kaki yang menyatu. Hingga kini, pengobatan terhadap penderita sindrom apert adalah dengan operasi.

Sindrom apert adalah kelainan genetik yang menyebabkan bentuk kepala dan wajah yang abnormal. Bayi yang lahir dengan sindrom apert sering kali menderita cacat lahir. Hingga kini, belum ditemukan penyembuhan untuk sindrom apert. Namun, operasi dapat membantu memperbaiki bentuk tulang kepala dan jari-jari tangan dan kaki yang tergabung.

Prosedur pemisahan tulang yang menyatu dan tidak normal ini paling baik dilakukan saat anak berusia 6 hingga 8 bulan. Operasi lanjutan akan diperlukan untuk mengembalikan tulang rahang dan pipi kembali ke posisi normal saat anak berusia 4-12 tahun. Kemudian, anak akan memerlukan operasi mata untuk mendekatkan rongga mata dan mungkin menyesuaikan rahang. Pada beberapa kasus, anak akan memerlukan operasi lainnya, tergantung pada kondisi. Namun, biaya operasi dan biaya pendukung lain yang cukup tinggi, menyebabkan banyak orang tua penderita selama ini membiarkan kelainan tersebut.

Mulyadi juga menuturkan, sebelumnya saat usia Nagita sekitar dua minggu, keluarga Nagita Puspita sudah pernah dibawa berobat ke RSUP M Djamil  Padang untuk menjalani beberapa pemeriksaan. Dari keterangan dokter, Nagita Puspita harus segera dioperasi terutama di bagian kepala, karena tengkorak kepalanya tidak tumbuh dengan normal sebagaimana anak lainnya. Kondisi ini menurut dokter akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan otak Nagita.

“Nagita Puspita membutuhkan beberapa kali operasi agar dinyatakan sembuh. Serta harus menjalani operasi untuk jari tangan dan jari kaki yang menyatu. Nagita Puspita telah didaftarkan ke BPJS lewat jalur warga kurang mampu dan biaya operasi korban sebagian besar akan ditanggung oleh BPJS,” ujar Mulyadi.

Kini, dengan adanya jaminan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan terhadap pengobatan penderita hingga sembuh, kendala biaya sudah bisa diatasi. Namun, keluarga penderita juga membutuhkan dukungan moral dari pihak lain untuk sabar dan tabah dalam melakukan pengobatan. Penguatan mental inilah yang kita lakukan kepada kedua orang tua penderita. Sehingga, mereka tidak merasa sendiri, tapi masih banyak pihak yang memiliki simpati untuk meringankan beban mereka. Baik secara mental, maupun keuangan. Yang terpenting mereka mau, kita siap carikan solusi jika nanti ada kendala,” ungkap Iptu Ahmad Ramadhan.

Kapolsek Ahmad Ramadhan juga menegaskan, saat ini sudah mulai mengalir baik dari Perorangan atau perusahaan. Ahmad Ramadhan juga mengharapkan seluruh pihak, bisa membantu meringankan beban penderita dan keluarganya, baik secara moril, materil maupun dengan doa. Apalagi, kondisi ekonomi orang tua dan keluarga penderita pas-pasan. Ayah Nagita, Mulyadi (40) hanya bekerja sebagai tukang jahit dan ibunya, Gusri Susanti (23), bekerja sebagai penjual es batu.

“Mari kita bantu meringankan beban mereka. Sehingga Nagita nantinya bisa tumbuh dan hidup seperti anak-anak lainnya,” ujar Ketua Bhayangkari Ranting Polsek Singkarak, Ny. Lily Ramadhan.

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mission News Theme by Compete Themes.